Ini Musibah, Bukan Tontonan!

Minggu, 06 Maret 2011 - Diposting oleh Ochadon di 05.10
Hari ini, tepatnya sore tadi, untuk kesekian kalinya saya melewati jalan raya Yogjakarta-Magelang. Selain itu, untuk kesekian kali pula saya melihat pemadangan itu lagi. Yah, setelah erupsi Merapi yang terjadi pada kurang lebih tiga atau empat bulan yang lalu, Merapi masih menyisakan material-material di dalam tubuhnya yang terus ia muntahkan hingga sekarang ini. Banjir lahar dingin, mungkin kalian yang membaca postingan ini berkali-kali menonton beritanya di televisi. Namun, mungkin tidak semua dari kalian pernah menyaksikan secara langsung kondisi tempat yang terkena banjir tersebut.
Bebatuan dengan ukuran yang sangat besar, pasir dalam jumlah yang sangat banyak, kini menghiasi tepi jalan raya Jumoyo, Salam, Magelang. Banyak rumah yang menjadi korban terjangan lahar dingin tersebut, dan berarti juga banyak penduduk yang terpaksa kehilangan rumah mereka dan harus merelakan rumah mereka kini rata dengan pasir.
Namun bukan pemandangan seperti itu yang ingin saya ceritakan disini. Beberapa hari atau minggu setelah hebohnya berita banjir lahar dingin yang dimuat di media, membuat semua orang penasaran dengan tempat ini. Maka dimulai dari satu-dua orang yang berdatangan untuk menyaksikan tempat ini, kemudian mengundang minat banyak orang untuk ikut-ikutan mendatanginya. 
Setelah beberapa kali saya melewati tempat tersebut, antusias orang yang datang ke tempat tersebut sepertinya terus bertambah. Hal ini bisa dilihat dari tanda nomor kendaraan luar kota yang parkir di sepanjang tepi jalan raya tersebut. Sebenernya saya heran, ngapain mereka jauh-jauh datang kesitu hanya untuk menonton. Saya juga penasaran, setelah mereka puas menonton terus mau apa?
Selain mereka menyaksikan pemandangan seperti apa bekas terjangan lahar dingin tersebut, banyak juga yang berfoto-foto ria dengan amat sangat narsisnya mereka ketawa-tawa seakan-akan sedang piknik di tempat wisata. Miris banget rasanya, melihat orang-orang itu. Seakan-akan ingin teriak keras-keras di telinga mereka bilang "WOII, ini MUSIBAH, bukan tontonan, bukan juga kebun binatang!! Tapi apa daya, alhasil mungkin saya dikira orang gila atau malah kena semprot dari mereka.
Sebenarnya, ada sisi positif dan negatifnya juga sih. Sisi positifnya nih, dengan "dijadikan"nya tempat tersebut sebagai tempat wisata, paling tidak bisa membantu perekonomian warga sekitar yang telah kehilangan mata pencaharian akibat bencana ini. Karena warga sekitar bisa berjualan makanan, ataupun ada juga yang beralih profesi menjadi tukang parkir karena saking banyaknya orang yang berdatangan. Tapi sisi negatifnya, selain membuat macet jalan raya, juga seakan-akan mereka yang berkunjung itu tidak mempunyai sisi kemanusiaan secara tempat bencana diajadikan tontonan. Tapi sepertinya budaya ini memang sudah seringkali kita lihat di setiap terjadi bencana alam di negara ini.
Bukan ide buruk juga sih jika memang tempat ini akan dijadikan tempat wisata alam. Namun, alahkah baiknya jika benar-benar dipikirkan secara matang kemudian dibentuk sistem yang baik dan disosialisasikan sehingga benar-benar menjadi tempat wisata yang didukung oleh pemerintah.