Jilbab - Antara Pilihan, Kesiapan, & Keberanian

Selasa, 15 Maret 2011 - Diposting oleh Ochadon di 07.53
Jilbab. Kata yang sering kita dengar, benda yang sering kita lihat bahkan memakainya. Tapi apakah definisi atau pengertian jilbab itu sendiri saya juga belum memahaminya. Bagi masyarakat Indonesia, jilbab umumnya diartikan sebagai selendang yang menutupi kepala hingga ke leher dan dada. Namun saya juga pernah mendapati pengertian kata jilbab dalam kamus entah itu apa namanya saya lupa, yaitu disebutkan bahwa jilbab adalah pakaian yang luas untuk wanita yang dapat menutupi seluruh tubuh atau pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian rumah seperti mantel.
Nah tapi bukan tentang pengertian jilbab dll yang akan saya post disini.
Yah, saat ini saya seorang mahasiswi tingkat dua di sebuah perguruan tinggi negeri Islam di Yogyakarta. Secara dari judulnya saja, sudah pasti semua mahasiswinya dijawibkan untuk memakai jilbab ketika kuliah. Walaupun jujur sebenarnya saya juga tidak pernah membaca ada aturan tertulis tentang kewajiban untuk memakai jilbab bagi mahasiswi (ato mungkin sayanya yang ngga baca?haha). Peraturan yang pernah saya baca hanya "semua mahasiswa diwajibkan untuk berpakaian sopan dan rapi, dan tidak diperbolehkan memakai sandal ketika kuliah".
Tapi sebagai seorang mahasiswa saya juga harusa tahu diri dan bisa menempatkan diri dimana saya berada. Karena saya kuliah diperguruan tinggi islam dan semua orang memakai jilbab, maka saya juga memakai jilbab. So, inti dari kalimat tersebut adalah "saya berjilbab karena kuliah". Ya memang begitu adanya. Saya terlahir dari orang tua yang menganut agama islam dan berarti saya juga seorang muslim. Ibu saya berjilbab (belum begitu lama juga), tante, budhe, kakak sepupu saya juga mayoritas memakai jilbab. Jadi mungkin dari seluruh keluarga besar pihak ibu, hanya saya yang tidak berjilbab. Tentu ada alasan atas keputusan saya ini.
Tante saya sering bilang kepada saya, "berjilbablah, perempuan yang sudah baligh itu diwajibkan untuk menutup aurat". Bahkan hampir setiap bertemu dengannya saya selalu mendengar kalimat itu. Lain halnya dengan ibu saya, karena ibu saya tidak pernah menuntut saya untuk berjilbab yang penting tetap berpakaian sopan. Lalu apakah alasan saya mengapa saya tidak berjilbab?
Sebagai seorang muslim yang sudah baligh mungkin memang seharusnya saya sudah berjilbab. Namun memang sampai saat ini saya belum mendapatkan ilham atau istilahnya "ngeh/ srek" untuk berjilbab. Bagi saya, jilbab itu sakral dan berat, bukan hanya sekedar "alat" atau "benda" namun juga perilaku seseorang yang memakainya. Sederhananya orang yang memakai jilbab tentu semua tingkah lakunya tersorot oleh orang lain dan mereka dituntut harus menjaga sikap dan perbuatan (sebenernya orang yang berjilbab pun juga gitu sih) sehingga tidak menimbulkan maksiat misalnya "itu pake jilbab tapi kok gitu sih?". Nah secara batiniah, saya benar-benar belum siap kalau suatu saat nanti saya harus mendengar kalimat tersebut, atau mungkin saya terlalu takut dengan kalimat itu. Tapi bukan berarti juga tingkah laku saya ngga bener juga, hanya masalah kesiapan saja. Setiap orang kan berbeda, baik watak, prinsip, dan juga mental. Secara mental mungkin saya siap, namun secara prinsip saya belum siap karna bagi saya, prinsip itu menyangkut siapa kita, seperti apa kita, dan kita adalah sopir bagi diri kita sendiri. Jadi singkatnya, saya belum siap untuk berjilbab.
Kemudian masalah study saya yang mengharuskan saya untuk berjilbab. Mungkin hampir puluhan kali saya mendengar kalimat ini : "kuliah dimana mbak?" saya : "di UIN", "loh, kok ngga pake jilbab?". Setiap kali saya mengulang moment-moment seperti ini, pengeeeeeeeen sekali rasanya saya teriak keras-keras ditelinga orang itu bahwa "SAYA BUKAN 'UIN', SAYA ADALAH DIRI SAYA". Tapi mungkin terlalu naif juga kalau saya melakukan hal itu. Ok fine, saya mengerti. Saya mahasiswa uin dan saya harus membawa nama baik almamater saya. Tapi tidak dengan menjadi orang lain dan meninggalkan diri saya sendiri.
Nah, masalah terakhir, seringkali saya share dengan teman-teman saya "apakah saya terlalu egois atau idealis?". Banyak dari mereka yang kemudian memberi komentar, "kenapa tidak dicoba? Bukan soal siap atau ngga siap, tapi soal berani atau ngga berani?". Ok, saya sejenak terdiam mendengar kalimat itu. Simple tapi nusuk banget. Jadi kesimpulannya, saya belum berani melawan ke-idealis-an saya, "belum" bukan berarti tidak. So, mungkin memang saat ini saya belum siap tapi siapa tau suatu saat nanti saya akan benar-benar siap. Tapi yang jelas, saya tidak pernah munafik untuk mengakui, saya berjilbab karena kuliah bukan karena saya ingin berjilbab.
Berkali-kali saya mengungkapkan bahwa hidup itu pilihan, dan untuk saat ini, iniliah pilihan saya.

Sekedar Untuk Direnungkan

Rabu, 09 Maret 2011 - Diposting oleh Ochadon di 19.59
Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima. Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok. Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala.
Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk
seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya. Petugas satpam itu mulai
berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa
di hotel ini.
Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar
usia remaja yang t engah beranjak dewasa.
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja
wanita itu dan bertanya:'' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu
seseorang? "''
Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
''Lantas untuk apa anda duduk di sini?"
''Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah
sang petugas satpam..
'' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang
yang ingin menikmati layanan kami.''
'' Maksud, bapak? "
'' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''
'' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang,
izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ''Kata
wanita itu dengan suara lambat.
'' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ''Petugas satpam
itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin
wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.'' Ok, lah.
Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti.
''
'' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan
tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.''
Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan
tangannya.Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil
senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti
petugas satpam itu..
Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya
ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin
menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.
'' Apakah anda serius? ''
'' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas.
'' Berapa tarif yang anda minta? ''
'' Setinggi-tingginya. .' '
'' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita
itu.
'' Saya masih perawan ''
'' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar-benar
terperanjat. Tapiwajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki
berlebih hari ini... Pikirnya'' Bagaimana saya tahu anda masih
perawan?''
'' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan
mana bukan.. Ya kan ...''
'' Kalau tidak terbukti? "
" Tidak usah bayar ...''
'' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian
melirik ke kiri dan ke kanan.'' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya
yang ingin membeli keperawanan anda. ''
'' Cobalah. ''
'' Berapa tarif yang diminta? ''
'' Setinggi-tingginya. ''
'' Berapa? ''
'' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ''
'' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar
ya.''Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.
Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah
cerah.'' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta.
Bagaimana? ''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba
meyakinkan.
'' Saya ingin yang lebih tinggi...''
'' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu.Tak
berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih
berseri.. '' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp.. 6 juta rupiah.
Bagaimana? ''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila
anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai
perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa,
kecuali janji. Dengan uang Rp.. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel
berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanyadengan
membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya.
Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan.
Kita sama-sama butuh ... ''
'' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa
peduli dengan celoteh petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.'' Baiklah,
saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya.. Tolong kancing
baju anda disingkapkan sedikit.Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk
membeli. '' Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti
langkah petugas satpam itu memasuki lift.Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari
dalam nampak pria berambut putih agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.
'' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata
petugas satpam itu dengan sopan.
Pria berambut putih itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu
...'' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu.
'' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas.
'' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata
pria itu kepada sang petugas satpam.
'' Rp... 6 juta, tuan ''
'' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam.
''
Wanita itu terdiam.Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap
ada jawaban bagus dari wanita itu.
'' Bagaimana? '' tanya pria itu.
''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
'' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas
satpam sambilmenutup pintu kamar dengan keras.

'' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin
menjual? ''
'' Tentu! ''
'' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ...''
'' Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak
ingin kesempatan ini hilang.Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa
nyaman bersamanya.'' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya.
Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ''
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang
ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya.Sudah
sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari
hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.
'' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah
itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara.Wajah pria itu nampak
masam seketika
'' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu
lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita.
Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya.. Ada kekesalan di wajah pria
itu.Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak,
apakah anda butuh wanita ... ??? ''
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan
wajahnya.
'' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk
kearah wanita tadi.Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan
peluang ini."Dia masih perawan..''
Pria itu mendekati petugas satpam itu.Wajah mereka hanya berjarak setengah
meter. '' Benarkah itu? ''
'' Benar, pak. ''
'' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''
'' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi
tingginya.''
'' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas.Pria
itu menyalami hangat wanita itu.
'' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang
seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
'' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil
menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.
Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.Di dalam kamar ...''
Beritahu berapa harga yang kamu minta? ''
'' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''
'' Maksud kamu? ''
'' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk
kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih ....''
'' Hanya itu ...''
'' Ya ...! ''
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual
kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual
penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di
tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis.
Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai.
Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita.
Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal.
Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa
dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi.
Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula
dengan cara-cara terhormat.
'' Siapa nama kamu? ''
'' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ...
'' Kata wanita itu
'' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu
yang pantas ditawar. ''
''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ''
'' Ada ! " Kata pria itu seketika..
'' Sebutkan! ''
'' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari
kamu.Terimalah uang ini.Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah
sakit.Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil menyerahkan
uang dari dalam tas kerjanya.
'' Saya tidak mengerti ...''
'' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya.Dia menikmati
semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih.Selalu memeras. Sekali
saya memberi maka selamanya dia selalu meminta.Tapi hari ini, saya bisa membeli
rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi
orang tuanya.Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar
...''
'' Dan, apakah bapak ikhlas...? ''
'' Apakah uang itu kurang? ''
'' Lebih dari cukup, pak ... ''
'' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''
'' Silahkan ...''
'' Mengapa kamu begitu beraninya .... ''
'' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ....Tapi lebih dari
seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit
dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan
saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya
yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan ...
''
'' Keyakinan apa? ''
'' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah
yang akan menjaga kehormatan kita ... '' Wanita itu kemudian melangkah
keluar kamar.Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:'' Lantas apa
yang bapak dapat dari membeli ini ... ''
'' Kesadaran... '' .. . .
Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit
dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.'' Kamu sudah pulang, nak
''
'' Ya, bu ... ''
'' Kemana saja kamu, nak ... ???''
'' Menjual sesuatu, bu ... ''
'' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan..
Tapi wanita muda itu hanya tersenyum ...Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu
sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini.
Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli
dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan.
Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan ....
'' Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''Digendongnya ibunya
dari pembaringan, sambil berkata: '' Tuhan telah membeli yang saya
jual... ''.
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan
rumahnya.. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata
kepada supir taksi: '' Antar kami kerumah sakit ...''

Ini Musibah, Bukan Tontonan!

Minggu, 06 Maret 2011 - Diposting oleh Ochadon di 05.10
Hari ini, tepatnya sore tadi, untuk kesekian kalinya saya melewati jalan raya Yogjakarta-Magelang. Selain itu, untuk kesekian kali pula saya melihat pemadangan itu lagi. Yah, setelah erupsi Merapi yang terjadi pada kurang lebih tiga atau empat bulan yang lalu, Merapi masih menyisakan material-material di dalam tubuhnya yang terus ia muntahkan hingga sekarang ini. Banjir lahar dingin, mungkin kalian yang membaca postingan ini berkali-kali menonton beritanya di televisi. Namun, mungkin tidak semua dari kalian pernah menyaksikan secara langsung kondisi tempat yang terkena banjir tersebut.
Bebatuan dengan ukuran yang sangat besar, pasir dalam jumlah yang sangat banyak, kini menghiasi tepi jalan raya Jumoyo, Salam, Magelang. Banyak rumah yang menjadi korban terjangan lahar dingin tersebut, dan berarti juga banyak penduduk yang terpaksa kehilangan rumah mereka dan harus merelakan rumah mereka kini rata dengan pasir.
Namun bukan pemandangan seperti itu yang ingin saya ceritakan disini. Beberapa hari atau minggu setelah hebohnya berita banjir lahar dingin yang dimuat di media, membuat semua orang penasaran dengan tempat ini. Maka dimulai dari satu-dua orang yang berdatangan untuk menyaksikan tempat ini, kemudian mengundang minat banyak orang untuk ikut-ikutan mendatanginya. 
Setelah beberapa kali saya melewati tempat tersebut, antusias orang yang datang ke tempat tersebut sepertinya terus bertambah. Hal ini bisa dilihat dari tanda nomor kendaraan luar kota yang parkir di sepanjang tepi jalan raya tersebut. Sebenernya saya heran, ngapain mereka jauh-jauh datang kesitu hanya untuk menonton. Saya juga penasaran, setelah mereka puas menonton terus mau apa?
Selain mereka menyaksikan pemandangan seperti apa bekas terjangan lahar dingin tersebut, banyak juga yang berfoto-foto ria dengan amat sangat narsisnya mereka ketawa-tawa seakan-akan sedang piknik di tempat wisata. Miris banget rasanya, melihat orang-orang itu. Seakan-akan ingin teriak keras-keras di telinga mereka bilang "WOII, ini MUSIBAH, bukan tontonan, bukan juga kebun binatang!! Tapi apa daya, alhasil mungkin saya dikira orang gila atau malah kena semprot dari mereka.
Sebenarnya, ada sisi positif dan negatifnya juga sih. Sisi positifnya nih, dengan "dijadikan"nya tempat tersebut sebagai tempat wisata, paling tidak bisa membantu perekonomian warga sekitar yang telah kehilangan mata pencaharian akibat bencana ini. Karena warga sekitar bisa berjualan makanan, ataupun ada juga yang beralih profesi menjadi tukang parkir karena saking banyaknya orang yang berdatangan. Tapi sisi negatifnya, selain membuat macet jalan raya, juga seakan-akan mereka yang berkunjung itu tidak mempunyai sisi kemanusiaan secara tempat bencana diajadikan tontonan. Tapi sepertinya budaya ini memang sudah seringkali kita lihat di setiap terjadi bencana alam di negara ini.
Bukan ide buruk juga sih jika memang tempat ini akan dijadikan tempat wisata alam. Namun, alahkah baiknya jika benar-benar dipikirkan secara matang kemudian dibentuk sistem yang baik dan disosialisasikan sehingga benar-benar menjadi tempat wisata yang didukung oleh pemerintah.

Akhirnya memilih...

Selasa, 01 Maret 2011 - Diposting oleh Ochadon di 02.15
Yah ini merupakan entri sambungan dari entri saya sebelumnya tentang dilematis antara konsetrasi jurusan Advertising dengan Public Relation.
Kemarin, tepat tanggal 28 Februari 2011 saya telah memulai kuliah perdana saya sebagai anak iklan dengan teman-teman baru tentunya. Walaupun tidak lebih dari 30 orang dalam satu kelasnya, semoga mereka bisa menjadi teman yang baik selama beberapa semester ke depan. (Amin). 
Ya, akhirnya saya memutuskan untuk memilih konsentrasi Periklanan. Tentu saja dengan berbagai pertimbangan yang membuat saya bingung selama berhari-hari. Sampai ketika saya meng-input mata kuliah Advertising dalam Kartu Rencana Studi saya pun berkali-kali mengucapkan "basmallah". Dengan harapan bahwa semoga saya tidak salah pilih.
Berbagai pertimbangan tersebut antara lain :
1. Berdasarkan tes kecerdasan bersama salah satu dosen, saya adalah orang yang memiliki cara berpikir "Acak-Konkret" dan tipe kecerdasan "Kreatif".
2. Industri iklan adalah industri yang sangat menjanjikan karena setiap hari selalu ada produk baru yang membutuhkan untuk di-iklankan. So, industri ini ngga akan pernah mati selama masih ada kehidupan.
3. Saya bukan orang yang bekerja dibawah tekanan dan tuntutan harus begini harus begitu. 
4. Saya tidak suka menonton iklan. Jadi, kalau saya bisa berpartisipasi dalam pembuatan iklan, kenapa saya hanya bisa menonton iklan?
5.  Saya adalah tipe orang yang lebih senang bekerja dibalik layar.
6. Saya adalah orang yang fleksibel.
dan masih banyak lagi.
Nah, semoga berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas saya bisa memegang komitmen dan tidak salah pilih. (amin).





Firework by Katy Perry

Diposting oleh Ochadon di 01.29
Belakangan ini lagi seneng banget sama lagu ini, selalu buat semangat seperti lagunya yang semangat juga liriknya yang memang memacu orang untuk lebih semangat dan menunjukkan kehebatannya.

Do you ever feel like a plastic bag
Drifting throught the wind
Wanting to start again

Do you ever feel, feel so paper thin
Like a house of cards
One blow from caving in

Do you ever feel already buried deep
Six feet under scream
But no one seems to hear a thing

Do you know that there's still a chance for you
Cause there's a spark in you

You just gotta ignite the light
And let it shine
Just own the night
Like the Fourth of July

Cause baby you're a firework
Come on show 'em what you're worth
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
As you shoot across the sky-y-y

Baby you're a firework
Come on let your colors burst
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
You're gunna leave 'em fallin' down-own-own

You don't have to feel like a waste of space
You're original, cannot be replaced
If you only knew what the future holds
After a hurricane comes a rainbow

Maybe you're reason why all the doors are closed
So you could open one that leads you to the perfect road

Like a lightning bolt, your heart will blow
And when it's time, you'll know


You just gotta ignite the light
And let it shine
Just own the night
Like the Fourth of July

Cause baby you're a firework
Come on show 'em what you're worth
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
As you shoot across the sky-y-y

Baby you're a firework
Come on let your colors burst
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
You're gonna leave 'em all in awe-awe-awe"


Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon
It's always been inside of you, you, you
And now it's time to let it through

Cause baby you're a firework
Come on show 'em what your worth
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
As you shoot across the sky-y-y

Baby you're a firework
Come on slet your colors burst
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
You're gonna leave 'em all in awe-awe-awe

Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon
Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon

Filosofi Tangisan Bayi

Diposting oleh Ochadon di 00.43
Selama ini, kita sering bertanya-tanya kenapa setiap bayi yang lahir mereka selalu menangis. Tetapi tidak sedikit pula bayi yang tidak menangsi ketika mereka dilahirkan.
Nah suatu ketika, saya tidak sengaja mendengar pengajian atau sebuah kultum atau apalah namanya.
Manusia, memiliki tiga fase kehidupan. Yaitu kehidupan pertama yaitu di dalam perut ibu, kedua kehidupan nyata di dunia ini, dan ketiga adalah kehidupan ketika kita mati nantinya.
Nah, ketika kita masih dikandung dalam rahim ibu, saat itu kita juga berkomunikasi dengan Tuhan. Sebelum akhirnya kita terlahir ke dunia ini, Tuhan telah memberi gambaran seperti apa hidup kita kelak. Siapa orang tua kita, seperti apa keluarga kita, dan berbagai masalah dalam hidup kita.
Dan ketika kita menangis saat kita dilahirkan, maka saat itulah kita berteriak bahwa kita siap dan sanggup menjalani hidup kita yang telah digambarkan oleh Tuhan sebelumnya. Namun kemudian kita bertanya mengapa ada bayi yang langsung meninggal tanpa sempat menorehkan senyumanya, itu disebabkan karena mereka tidak siap menjalani hidupnya yang telah digambarkan oleh Tuhan.
Kita adalah orang yang terlahir dengan janji yang terikat dengan Tuhan bahwa kita siap untuk menjalani hidup kita.
Nah dari situlah, akhirnya saya dapat mengambil kesimpulan bahwa mungkin sebuah filosofi ini, sedikit banyak dapat mengubah cara pandang dan pemahaman kita. Atau mungkin penghibur diri ketika banyak orang yang mengeluh dengan apa yang ia alami dalam hidupnya, berbagai cobaan, masalah dan kesedihan yang menimpa hidupnya. Bahwa semua yang terjadi pada hidup kita telah digariskan oleh Tuhan yang telah diberitahukan kepada kita jauh sebelum kita lahir ke dunia.
So, just enjoy your life.
Yakin dan selalu percaya bahwa kebahagiaan itu ada. Kebahagiaan pasti akan datang pada orang-orang yang sellau berusaha untuk mencarinya, meskipun pada kenyataanya banyak kerikil yang menjadi penghalang dalam perjalanan kita menuju kebahagiaan.
Saat kita merasa bahwa hidup itu tak adil, cukup dengan meyakini bahwa kita tidak sendiri, dan tidak akan pernah sendiri karena Tuhan selalu ada bersama kita.
Selalu buktikan bahwa kita adalah orang yang kuat yang mampu mengatasi seburuk apa pun jalan hidup kita. Dan buktikan kepada Tuhan bahwa kita benar-benar siap untuk menjalani hidup yang telah digariskan oleh Tuhan.
Karena menyerah itu bukah pilihan, tapi menyerah adalah sebuah dosa.