PR or Advert? "dilematis"

Rabu, 19 Januari 2011 - Diposting oleh Ochadon di 22.57
Yah dilematis, sangat dilematis untuk memilih dan menentukan konsentrasi yang akan aku pilih. Hmm saat ini aku adalah seorang mahasiswi ilmu komunikasi semester 3 di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja. Kurang dari satu bulan lagi aku akan beranjak ke semester 4, dan di semester 4 nanti kami memasuki tahap penjurusan. Di kampusku ada 2 pilihan jurusan atau konsentrasi, yaitu Public Relations dan Advertising. Dua-duanya sangat menarik buat aku dan aku bener-bener bingung untuk memilih dan meninggalkan salah satunya.
Di Public Relations kita belajar bagaimana membangun hubungan yang baik dengan orang lain, bagaimana kita me-manaje diri kita dan juga suatu organisasi atau perusahaan tempat kita bekerja, bagaimana berkomunikasi yang baik dengan public baik internal maupun eksternal. Dalam bayanganku kayanya PR itu adalah seorang yang bener-bener hebat, karna dia harus mampu mengontrol semuanya dan PR lah yang harus membangun suatu citra dan juga relasi dengan dunia luar atau public eksternal.
Nah sedangkan di Advertising, kita belajar tentang segala sesuatu yang berbau dengan kreatif. Kita belajar bagaimana membangun kekreatifan kita. Dalam benakku juga, Advertising pasti mampu membantu kita menemukan jati diri kita yang sesungguhnya, karna hasil karya seseorang itu pasti merupakan cerminan dari diri orang tersebut.
Tapi menurut aku dua-duanya sangat dibutuhkan, karna sebuah karya yang bagus tidak akan diminati orang kalo kitanya ngga pinter mengkomunikasikannya. Huh jadi makin bingung deh -_-
Public Relations yang kebayang di otakku yaitu berhubungan dengan semua hal yang serba rapi. Penampilan rapi, cara ngomong yang rapi, table manner yang harus rapi, pokoknya semuanya harus rapi deh. Emang sih kesannya elegan, tapi kalo misalnya ngga cocok sama kitanya malah jadi ngribetin.
Hm sedangkan Advertising, semua hal yang berbau nyantai dan sesuka hati tapi tetap bertanggungjawab. Jadi kaya prinsip demokrasi nih "bebas yang bertanggungjawab" hihi. Kenapa nyantai dan bebas? Karna kreativitas itu tidak akan muncul dibawah tekanan. Ide pasti muncul disaat yang tidak terduga dan ngga mungkin bisa dipaksain deh, yang pasti semau otak kita lagi pengen kerja ato engga. Tapi kalo terlalu nyantai ntar kesannya jadi ogah-ogahan kerjanya.
Emang ya, dua-duanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi menurut aku dua-duanya emang harus dimiliki oleh seorang sarjana komunikasi. Sarjana komunikasi yang kompeten adalah seorang yang kreatif, good looking, dan mampu bernegosiasi dengan baik. Jadi gimana dong kalo aku pengen dua-duanya?huh bener-bener membingungkan.

Wajah Baru "Silet"

Selasa, 18 Januari 2011 - Diposting oleh Ochadon di 02.32
Silet, dulu adalah sebuah acara infotaiment di salah satu stasiun tv swasta terkaya di negriku ini. Dulu waktu aku masih kecil (sekarang juga masih kecil) hehee acara silet nih sebuah acara yang menyorot tentang hal-hal aneh semacam gaib, tabu, ada binatang kepala manusia kek, ada penampakan hantu dimana gitu kek, dan yang aneh-aneh lainnya.
Setelah sekian lama berkecimpung di dunia hiburan, kok tau-tau aku liat acara ini berubah jadi acara gossip alias infotaiment yang menguak habis tentang seluk beluk dan masalah yang terjadi pada artis-artis Indonesia. Ckckck gatau kenapa bisa tiba-tiba berubah drastis gini. Udah gitu, gossip yang dikemas tuh terkesan lebay dan mendramatisir gitu deh, ya ngga? Ya kan?
Oh iya lupa, selain infotaiment, kadang-kadang silet juga menayangkan hal-hal aneh atau yang lagi menjadi trending topic gitu lah. En, tentunya dikemas dengan penuh ke-lebay-an.
Beberapa bulan yang lalu, saat gencar-gencarnya media memberitakan bencana Merapi, silet pun ngga kalah heboh. Hampir setiap hari dalam seminggu pasca bencana tersebut, ssilet selalu menayangkan liputan tentang segala hal yang berhubungan dengan bencana Merapi. Waktu itu (aku lupa tanggal berapa), yang  jelas bulan November, silet menyatakan dalam pemberitaannya bahwa akan terjadi erupsi Merapi terbesar pada hari senin tanggal 8 (kalo ga salah hehe) yang melanda hingga ke radius 60kilometer. What?60kilo, mau ngungsi kemana dong gue?ckckck
Nah, setelah pemberitaan tersebut, banyak sekali pihak yang merasa dirugikan. Banyak warga Jogja yang berada dalam zona aman (sebenernya), namun karna lebay-nya pemberitaan silet mereka jadi panik dan langsung mengungsi ke tempat yang lebih jauh, bahkan sangat jauh. Hhhh
Alhasil, pada hari penayangan berita tersebut silet mendapat banyak sekali kritik bahkan hujatan. Beribu-ribu warga yang merasa dirugikan oleh pemberitaan tersebut berlomba-lomba untuk memprotes dan menuntut silet bubar.
Kurang lebih dua minggu kemudian, saya mengikuti seminar yang diadakan oleh KPI Pusat bekerja sama dengan KPID Jogja yang membahas tentang hal ini. Salah satu anggota KPI yaitu ibu Esky mengatakan bahwa silet telah mendapat kecaman keras hingga dilarang untuk tayang sementara. Namun pihak silet tidak mengindahkan surat panggilan dan sanksi dari KPI sehingga KPI memberikan somasi kepada pihak mnc-group yaitu yang mengelola acara tersebut. Lagi-lagi pihak mnc juga tidak mengindahkan sanksi ini. Kemudian mungkin saking jengkelnya, KPI melaporkan pihak tersebut kepada yang berwajib dan berniat memrosesnya melalui jalur hukum. Hmm, bener-bener nekat yaa singlet eh silet sampe bikin KPI kebakaran jenggot gitu.
Setelah kurang lebih satu bulan, teman saya ada yang bilang kalau acara silet sekarang pindah ke stasiun swasta lain tapi dengan wajah baru. Dan memang benar, hari ini saya melihat acara tersebut emang bener-bener silet banget hihi.
Yah begitulah dunia media massa, seperti yang saya pelajari dalam mata kuliah komunikasi massa, banyak acara yang serupa tapi tak sama. Sepertinya KPI harus mengamati wajah baru silet ini secara tajam setajam silet.

Pesona Kota Pelajar dan Para Mahasiswanya..

Senin, 17 Januari 2011 - Diposting oleh Ochadon di 02.38
-->
Yogyakarta, kota yang berbudaya dan penuh sejarah. Kota yang berawal dari sebuah kerajaan Mataram yang jaya pada masanya. Kini Jogja berkembang menjadi kota modern yang masih tetap menjunjung tinggi kedaerahanya. Selain menjunjung tinggi sifat kedaerahanya, Jogja juga dikenal dengan kota yang melahirkan banyak cendekiawan dan intelektual dan menyebutnya sebagai kota pelajar.
Sebagai kota pelajar, tentu Jogja memiliki berbagai keistimewaan. Banyaknya universitas baik negeri maupun swasta yang terdapat di Jogja memancing banyaknya pendatang yang ingin melanjutkan cita-cita mereka. Berbagai macam ras, suku, dan agama dari seluruh Nusantara berkumpul dan menyatu di kota Jogja dengan tujuan yang sama. Banyak yang datang dan pergi, pergi dan kembali. Keramaian dan kepadatan selalu mewarnai Jogja setiap harinya. Jogja menyimpan sejuta impian bagi setiap penghuninya, khususnya para pendatang yang mayoritas dari kalangan remaja. Mereka datang dengan berbagai macam cita-cita, berbagai cerita dan juga impian. Mereka belajar dan berkembang di Jogja, meninggalkan sifat kebocahan yang mereka bawa untuk menuju tingkat kedewasaan dengan hidup sendiri jauh dari keluarga dan orang tua. Mungkin Jogja telah memberikan banyak kenangan dan pelajaran bagi mereka para pendatang.
Seperti para pendatangnya, Jogja juga terus mengalami perkembangan dan perubahan menjadi kota yang modern dan penuh sensasi oleh para penghuninya. Kehidupan malam di Jogja pun semakin disorot. Semakin banyak tempat-tempat hiburan yang beroperasi pada malam hari dan mayoritas didatangi oleh mahasiswa termasuk para pendatang. Para mahasiswa pendatang inilah yang sepertinya semakin memadati dan memenuhi kota Jogja. Banyak diantara mereka yang bermalas-malasan menyelesaikan studinya dan hanya berhura-hura setiap harinya dan cenderung semakin membuat  Jogja terkesan sumpek , penuh, dan semrawut. Sepertinya mereka telah melupakan tujuan awal mereka ketika datang ke Jogja. Mereka terbuai oleh glamournya kehidupan malam di Jogja yang telah menyerupai kehidupan malam di Jakarta.
Apakah kehidupan seperti ini yang akan terus menghiasi kota Jogja ke depan nanti? Seperti yang kita ketahui bahwa setiap tahunnya pendatang terus bertambah dan semakin memadati kota ini. Sementara yang telah datang lebih awal tidak kunjung pergi dan nampak semakin betah di Jogja. Jalan raya dan pusat perkotaan dipenuhi oleh warga pendatang. Kemacetan selalu menghiasi pada jam-jam tertentu. Kehidupan malam yang tidak pernah mati dan semakin ramai dengan hadirnya sejumlah cafe dan juga club-club malam. Nampaknya inilah yang merupakan suguhan terbaik yang menggiurkan bagi semua pendatangnya.
Bagi sebagian warga, mungkin Jogja juga memberikan tantangan. Dimana mereka harus terus bertahan hidup dengan menjunjung tinggi prinsip tanpa terpengaruh oleh segala macam bentuk godaan. Terlebih para pendatang yang sebagian besar adalah usia remaja yang kononnya mudah terpengaruh dan melupakan prinsip dan cita-citanya. Namun jarang dan cenderung susah untuk menemukan remaja yang masih dapat memegang teguh prinsipnya tanpa harus “neko-neko” dan mengikuti gaya hidup orang lain. Sebagian besar dari mereka telah melupakannya bahkan meninggalkannya. Lalu apa yang bisa mereka harapkan dari kehidupan yang mereka jalani saat ini?
Disamping itu, tidak sedikit pula dari mereka yang dapat mengharumkan nama Jogja bahkan bangsa Indonesia. Mereka mampu menciptakan kreativitas dan prestasi yang membanggakan. Inilah sekilas contoh yang patut untuk ditiru karena mereka mampu bertahan dan bersaing di tengah hiruk pikuk kehidupan yang serba glamour dan menggiurkan. Merekalah yang ingin melanjutkan dan meneruskan cita-cita dan predikat Jogja sebagai kota pelajar yang kini telah banyak berubah.
Inilah sekilas tentang realita kehidupan di Jogja yang penuh dengan hiruk pikuk dan harmonisasi oleh para mahasiswanya. Mereka terus datang dan pergi, pergi dan kembali lagi. Mereka selalu menghiasi Jogja dengan bermacam-macam kreativitas. Baik dan buruk mampu mereka ciptakan disini. Hitam-putih, Islam-Kristen, Batak-Bugis, semuanya berkumpul tanpa memandang darimana asal mereka, apapun agama mereka, apapun suku mereka, apapun ras mereka, yang jelas mereka berkumpul disini untuk satu tujuan yang sama. Bersama-sama untuk meraih cita-cita demi mewujudkan harapan dari orang tua.

(Didedikasikan untuk semua teman-teman mahasiswa dan para pendatang dari seluruh penjuru Indonesia, teruslah berkarya dan berkreativitas.)

blog

Diposting oleh Ochadon di 01.40
Hmm, ngeblog. Istilah yang sering kita denger bahkan kita ucapin, tapi sebenernya aku belum gitu ngerti.. Dulu pernah diajarin sama temen buat blog n udah buat tapi tetep aja belom gitu ngerti gimana cara ngoperasiinya.
Kalo denger istilah blog pasti identik sama orang orang yang seneng nulis. Dulu, lebih tepatnya waktu masih SMP aku emang seneng banget nulis, sampe pernah bikin novel walaupun ngga sampe diterbitin sih hihi. Tapi setelah beranjak dewasa kebiasaan nulis itu ilang gitu aja gatau kenapa ato mungkin karna kesibukan dan teman-teman baru yang mempersempit waktu luangku untuk menulis.
And now, aku akan mencoba memulai lagi kebiasaan itu, "mencoba" hehe. Karena sekarang aku seorang mahasiswa ilmu komunikasi jadi aku dituntut harus bisa menulis, apapun bentuk tulisan itu seperti kata dosen mata kuliah jurnalistikku hihi^^